Jumat, 20 Mei 2011

MAKALAH METODE MENGAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS


METODE – METODE UNTUK MENGAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Mengingat mengajar pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar yang harmonis dan menyenangkan, maka diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar mengajar guru dengan perkataan lain proses belajar mengajar merupakan proses intraksi edukatif antara guru dengan siswa dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut oleh sebab itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi siswa.



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Metode Mengajar Al-Qur’an dan Hadits
Sebelum membicarakan prinsi-prinsip metede mengajar Al-qur’an hadits, terlebih dahulu perlu dibicarakan pengertian metode mengajar. Prof. DR. Ramayulis (2001 : 2) berpendapat bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dan metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai tujuan belajar dan mengajar.
Menurut Drs. A. Muardi Chatib dan Drs. Paimun dalam buku Metodik Al-Qur’an Hadits (1982/1983 : 39) metode mengajar adalah alat atau cara untuk mencapai tujuan pengajaran, artinya tidak jauh beda dengan pendapat Prof. DR. Ramayulis.
Sedangkan pengajaran Al-quran Hadits adalah kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-quran Hadits didalam proses pendidikan. Jadi metode mengajarkan Al-quran Hadits adalah memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh didalam kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-quran Hadits kepada anak didik.

B. Metode Mengajar Al-Qur’an dan Hadits
Ketika mendengar nama salah satu pelajaran yang ada di madrasah ataupun di pesantren, yakni pelajaran Al-Qur’n Hadis, mungkin akan terbayang di benak kita sebuah pelajaran yang membosankan dan menjemukan. Ya, pantas saja kesan tersebut segera menyeruak dalam benak kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang disampaikan dengan cara dan metode yang membosankan. Metode yang ditempuh oleh guru yang membimbing mata pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak ada perubahan sama sekali. Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah guru atau ustaz yang menjemukan dan membuat ngantuk, atau menghafal rangkaian ayat Al-Qur’an dan hadis. Itulah rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang selama ini terjadi. Melihat tradisi pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang barusan disebut, pantas dan sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan bosan.
Dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad saw juga menggunakan strategi – strategi:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125)

Strategi pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar siswa mendapat suatu pengetahuan yang bersifat kognitif, dengan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif yaitu strategi yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif sejak memulai pelajaran sampai selesai.
Jika mencermati dunia pendidikan Barat, setiap waktu muncul silih berganti aneka inovasi pembelajaran. Usaha yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan Barat ini bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberdayakan siswa, sekaligus mencerahkan. Berikut ini antara lain inovasi para praktisi pendidikan Barat: quantum learning temuan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki; quantum teaching temuan Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nouri; accelerated learning temuan Dave Meier; multiple intelligences temuan Howard Gardner, serta contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson. Ini hanyalah beberapa contoh. Di luar itu masih banyak teori-teori pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan.
Jika mencermati teori-teori dan konsep-konsep pembelajaran di atas, akan tersirat bahwa inti pembelajaran yang digagas oleh para praktisi pendidikan Barat adalah menciptakan suasana pembelajaran yang memandang siswa sebagai manusia secara utuh, sebagai subjek bukan sebagai objek. Dengan demikian, kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan suasana pembelajaran seperti ini, praktis yang banyak terlibat adalah siswa. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan bergairah.
Kembali pada metode mengajar al-qur’an dan hadits yang menyenangkan. Para pembimbing pelajaran Al-Qur’an Hadis perlu melakukan inovasi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Tujuannya adalah agar suasana pembelajaran tampak baru dan menarik minat para siswa.
Berikut ini metode untuk menyajikan pelajaran Al-Qur’an Hadis yang menyenangkan, menggairahkan, dan mencerahkan.
Pertama, pembelajaran Al-Qur’an Hadis boleh saja mengadopsi teori-teori pembelajaran Barat seperti yang disebutkan di atas. Misalnya, dengan menerapkan teori pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa seorang pembelajar akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut. Teori ini dapat diaplikasikan dengan cara mengaitkan isi dari sebuah mata pelajaran, misalnya pelajaran Al-Qur’an Hadis, dengan pengalaman para siswa. Dengan cara seperti ini, para siswa akan mampu menemukan makna dari materi pelajaran yang dipelajarinya. Jika mereka mampu menemukan makna (kegunaan) dari pelajaran tersebut, mereka akan lebih antusias dalam belajar, karena mereka mempunyai alasan untuk belajar.
Kedua, mencoba menggali metode pembelajaran yang menyenangkan dari sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Karena dalam deretan ayat Al-Qur’an dan himpunan hadis Nabi terkandung metode pembelajaran yang dipakai oleh Allah dan Rasul-Nya dalam mendidik umat ini.
Sebagai contoh, dalam ‘Ulumul Qur’an ada materi Qashash Al-Qur’an (kisah-kisah Al-Qur’an) dan Amtsal Al-Qur’an (tamsil atau permisalan Al-Qur’an). Dua cabang keilmuan Al-Qur’an ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai salah satu strategi pembelajaran Al-Qur’an Hadis. Dengan metode Qashash Al-Qur’an, pembelajaran Al-Qur’an Hadis akan tampak lebih menyenangkan dan dramatis. Dan, dengan metode Amtsal Al-Qur’an, pelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih menghunjam ke dalam sanubari para siswa.
Demikian juga dalam hadis Nabi, terdapat sekian puluh metode Rasulullah dalam mengajari dan mendidik para sahabatnya. ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam ar-Rasuul al-Mu‘allim wa Asaalibuhu fii at-Ta‘liim merangkum sekitar 40 metode pembelajaran Rasulullah. Jika masing-masing metode pembelajaran Rasulullah ini diimplementasikan dalam pelajaran Al-Qur’an Hadis, tentu pelajaran tersebut akan lebih menyenangkan dan menggairahkan.
Salah satu metode pembelajaran Rasulullah yang disebutkan dalam kitab ini adalah metode interaktif-dialogis (tanya jawab).
Ketiga, dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya, pembelajaran Al-Qur’an Hadis diselenggarakan dengan menggunakan LCD dan laptop lewat presentasi power point yang atraktif. Atau, pembelajaran Al-Qur’an Hadis juga sesekali diselingi dengan pemutaran film Islami yang inspiratif. Dengan cara seperti ini, insya Allah suasana pembelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih menyenangkan dan menggairahkan. Dampaknya, para siswa akan lebih antusias dalam mengikuti dan mencermati pelajaran Al-Qur’an Hadis.
Ke depan, seorang guru yang membimbing pelajaran Al-Qur’an Hadis harus lebih inovatif dalam menyajikan pelajaran Al-Qur’an Hadis. Mereka juga dituntut agar selalu meng-up grade pengetahuannya, baik pengetahuan tentang materi pelajaran Al-Qur’an Hadis maupun materi tentang metode pembelajaran. Dengan setumpuk pengetahuan yang dimiliki, bisa dipastikan para guru akan mampu mengemas pelajaran Al-Qur’an Hadis dengan lebih baik. Mereka akan lebih atraktif, lebih inovatif, dan selalu memiliki cara baru dalam menyajikan materi pelajaran Al-Qur’an Hadis.

BAB II
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Metode adalah cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai tujuan belajar mengajar. Pengajaran Al-qur’an Hadits adalah kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-qur’an Hadits didalam proses pendidikan. Jadi metode mengajar Al-qur’an Hadits adalah memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh didalam kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-qur’an Hadits kepada anak didik.
Kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan bergairah.
Untuk itu metode yang digunakan harus disesuaikan antara motivasi, kebutuhan, dan minat dengan kematangan, perbedaan individu, pembawaan anak serta kemampuan anak. Semua prinsip-prinsip itu harus diperhatikan atau deiketahui oleh seorang guru dalam mengajar Al-Qur’an Hadits maupun pelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ø  f  
  • Al-Qur’anul Karim
  • Chatib, Muardi dan Paimun: Metodik Al-qur’an Hadits Direktirat Jendral Pembinaan
  • Kelembagaan Agama Islam Depag 1982/1983.
  • Arief, Armai: Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Penerbit Ciputat Pers Jakarta, 2002.
  • Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam Penerbit Kalam Mulia, 2001.
  • Mansyur, Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Depag, 1996.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar